Seorang pegawai bank menghitung lembaran dolar Amerika di atas tumpukan yuan China. (Foto: Ilustrasi) |
Pemerintah AS kembali mengkritik China karena secara signifikan merendahkan nilai mata uangnya, tetapi tidak sampai menyebut Beijing sebagai manipulator mata uang.
Dalam laporan dua kali setahunnya kepada Kongres pada Rabu (30/10), Departemen Keuangan Amerika mengakui nilai mata uang China, renminbi, naik, "tetapi tidak secepat atau sebanyak dibutuhkan."
Washington telah lama menuduh Beijing merendahkan nilai mata uangnya supaya perusahaan-perusahaan China meraih keuntungan yang tidak adil atas produsen Amerika. Nilai mata uang yang lebih rendah memungkinkan barang-barang China dijual lebih murah di Amerika, sebaliknya, membuat barang-barang Amerika di China lebih mahal.
Dalam laporan itu, Departemen Keuangan berpendapat nilai RMB "secara signifikan direndahkan." Dikatakan, China menjaga nilai mata uangnya tidak menguat dengan melanjutkan kebijakan intervensi pemerintah, khususnya, "pembelian devisa dalam skala besar tahun ini."
Tetapi laporan itu tidak menyebut China sebagai manipulator mata uang, sebutan yang akhirnya bisa menyebabkan dijatuhkannya sanksi perdagangan dan akan mendorong reaksi marah dari Beijing. Dikatakan Amerika akan terus memantau laju apresiasi RMB dan mendesak perubahan kebijakan lebih lanjut.
Presiden Barack Obama menyatakan China tampaknya lebih mungkin melakukan reformasi ekonomi jika Amerika melakukan pendekatan yang tidak bermusuhan. Terakhir kali Amerika menyebut China sebagai manipulator mata uang adalah 1994 semasa pemerintahan Presiden Bill Clinton.
Sumber : voaindonesia
Washington telah lama menuduh Beijing merendahkan nilai mata uangnya supaya perusahaan-perusahaan China meraih keuntungan yang tidak adil atas produsen Amerika. Nilai mata uang yang lebih rendah memungkinkan barang-barang China dijual lebih murah di Amerika, sebaliknya, membuat barang-barang Amerika di China lebih mahal.
Dalam laporan itu, Departemen Keuangan berpendapat nilai RMB "secara signifikan direndahkan." Dikatakan, China menjaga nilai mata uangnya tidak menguat dengan melanjutkan kebijakan intervensi pemerintah, khususnya, "pembelian devisa dalam skala besar tahun ini."
Tetapi laporan itu tidak menyebut China sebagai manipulator mata uang, sebutan yang akhirnya bisa menyebabkan dijatuhkannya sanksi perdagangan dan akan mendorong reaksi marah dari Beijing. Dikatakan Amerika akan terus memantau laju apresiasi RMB dan mendesak perubahan kebijakan lebih lanjut.
Presiden Barack Obama menyatakan China tampaknya lebih mungkin melakukan reformasi ekonomi jika Amerika melakukan pendekatan yang tidak bermusuhan. Terakhir kali Amerika menyebut China sebagai manipulator mata uang adalah 1994 semasa pemerintahan Presiden Bill Clinton.
Sumber : voaindonesia
1 komentar:
Click here for komentarThanks so much for this information. I have to let you know I concur on several of the points you make here and others may require some further review, but I can see your viewpoint. Explore photo and video images on Instagram, latest posts and popular posts about Pikdo.
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon